DI SEPANJANG GARIS KEJADIAN, ADA TITIK YANG JARANG KITA JADIKAN LINGKARAN HIKMAH BAHKAN SELALU DIANGGAP SEBAGAI KURVA KETIDAKADILAN***KADANGKALA ALLAH MEMBUKA PINTU HIDAYAH HAMBANYA MELALUI MAKSIATNYA

Senin, 15 Juni 2015

Matematika dan Keseimbangan Alam

Tulisan ini saya awali dari pertanyaan yang banyak dijumpai di kalangan pelajar atau bahkan mahasiswa mungkin juga khalayak, memang matematika buat apa?yang lebih ekstrim menanyakan di akhirat malaikat tidak bertanya tentang matematika. Jika ditinjau dengan "kacamata kuda" boleh-boleh saja pertanyaan seperti itu. Ulasan singkat ini, hanya akan melihat matematika dari sudut semesta dan mungkin pemikiran yang agak filosofis.
Matematika sangat teratur dalam menyusun komponen-komponennya mulai dari bilangan, aritmetika, aljabar, dan seterusnya. Bilangan, misalnya, bisa tidak kita bayangkan hidup ini tanpa bilangan, lebih khusus tanpa angka, apa yang terjadi?apa mungkin ada transaksi?apa mungkin tanpanya keseimbangan kehidupan terjaga? Kalaupun bilangan ada, bisa tidak kita bayangkan tidak ada bilangan ganjil dan genap, tidak ada bilangan asli, bulat, dan sebagainya. sekali lagi, tidak mungkin keseimbangan terjaga. 

Sebuah penelitian menarik, konon orang akan melihat dan berucap tentang matematika (angka) lebih dari 100 kali dari bangun tidur sampai mau tidur.
Coba perhatikan, pada saat bangun tidur yang pertama kali dilihat adalah jam, waktu, angka. Selanjutnya, bagi yang bepergian atau sekolah, naik angkot atau naik motor, naik angkot akan membayar berapa rupiah, nama angkotnya juga pakai angka, naik motor akan memakai gigi berapa atau kecepatannya berapa. belum lagi interaksi di tempat kerja atau sekolah. Peristiwa ini terus berlanjut sampai mau tidur, mau tidur saja lihat jam berapa tidurnya, nonton TV remotnya nomor berapa. Berapa banyak orang berinteraksi dengan angka.
Kembali tentang komponen matematika, andaipun bilangan matematika ada semua jenisnya tetapi tidak ada aritmetika (jumlah, kurang,kali,bagi) apa yang terjadi?
Inilah yang dalam filsafat matematika, membuka keran bahasan yang lebih luas daripada disiplin ilmu lain disebabkan sifat logis dan struktur matematika yang teratur. Bahasan ontologis entitas matematika menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemarnya.
Dalam konteks semesta, struktur alam materi dan immateri menarik untuk dikaji. Apa yang nampak oleh indra adalah sejumlah alam materi yang biasa kita saksikan. Bumi, air, tanah, pohon, manusia adalah bagian dari materi. Tetapi, unsur yang acapkali dibiaskan adalah alam immateri yang kajiannya bisa masuk ranah matematis. Pertanyaannya apakah matematika termasuk materi atau immateri?
Kita sepaham bahwa alam ini tersusun sebanding antara dua unsur. Karena jika tidak, pastilah tak seimbang dan rotasi kehidupan mungkin berakhir.
Komposisi semesta (makhluk) itu bagian dari cara Tuhan memutarkan kehidupan ini agar proporsional dan berjalan sesuai keadaan. Langit-bumi, laki-perempuan, siang-malam, jauh-dekat baik-buruk, semua berpasangan secara alami, termasuk bagian materi-immateri sebagai perwujudan alam. Matematika itu immateri dan saking sangat immaterinya,untuk memahaminya trkadang perlu tenaga khayalan tingkat tinggi. Immateri matematka seperti psikologi yang membahas jiwa namun bukan jiwanya yang diselidiki. Sifat, prilaku, dan ekspresi matematika barangkali yang bisa dijadikan ukuran bahwa matematika bisa dipelajari dan mudah.
Oleh karena itu, eksistensi matmtk dalam semsta (kehidupan) tidak bisa dipungkiri tidak terlepas begitu saja. Ia bagian dari alam itu sendiri dan jika tiada lagi kontribusi bagi hidup mngkin saja perlu ditiupkan lebih kencang lagi sangkakala seperti yang terjadi beberapa waktu lalu di luar negeri.
Sebagai jawaban pertnyaan di awal pembahasan, saya akan bercerita ketika saya sempat belajar di kampus swasta di Jakarta. Seorang teman sekelas, pada saat selesai kuliah statistika (statistika punya hubungan harmonis dengan matematika) berucap "biarkan saja ga bs stistika, toh d akhirat malaikat tdk bertnya tntang statistik", spontan sy menimpal "ya sudah Pak tidak perlu kuliah tinggi2 sampai S2, toh di akhirat malaikat tdk brtnya tntang pndidikan kita". hiduplah untuk akhirat tapi jangan lupakan dunia, bukan hiduplah untuk dunia tapi jangan lupakan akhirat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar