DI SEPANJANG GARIS KEJADIAN, ADA TITIK YANG JARANG KITA JADIKAN LINGKARAN HIKMAH BAHKAN SELALU DIANGGAP SEBAGAI KURVA KETIDAKADILAN***KADANGKALA ALLAH MEMBUKA PINTU HIDAYAH HAMBANYA MELALUI MAKSIATNYA

Selasa, 31 Maret 2020

My Daring, Izinkan Aku Berkisah


Tidak ada istilah "gara-gara" dalam kamus hidup, tanpa "gara-gara" kehidupan tetap jalan. Tetapi bercurah tentang bagaimana kondisi dan situasi saat ini, menurut saya pantas untuk dijalani, ditulis dan dikenangi.
Saya menulis ini, bingung harus diawali dari mana. Saya menulis cerita ini untuk, paling tidak, mengenang, bahwa pada suatu masa, pernah ada kondisi yang mewajibkan atau istilah dalam kitab “laa budda” bagi siapapun yang punya aktifitas bekerja harian (kantor) menggunakan internet. Masa itu disebut dalam banyak tulisan sebagai WFH, Work from Home, tak terkecuali saya, sebagai pengajar.
Awalnya, di akhir tahun 2019, dunia digegerkan dengan makhluk kecil bernama corona. Corona adalah ragam virus yang derivasinya sama dengan SARS dan MERS. Entah, nama-nama itu dari mana, tapi jika mengingat nama type mobil sedan “Corona”, nampaknya istilah corona memang sudah sejak dari dulu ada. Tetapi, Itu urusan ilmuwan-ilmuwan biokimia dan saudara-saudaranya. Saya hanya akan fokus pada  disiplin ilmu saya.
Seiring berjalan waktu, corona kemudian mulai “bermesraan” dengan masyarakat Indonesia, yang berdasar informasi, diawali dari warga Depok terinfeksi sekitar minggu ke-2 bulan Maret 2020. Berawal dari Depok, informasi corona merembet hingga Jakarta dan Jawa tengah. Dalam beberapa hari,  korban bertambah sangat cepat. Bertambahnya korban corona, membuat saya jadi mikir ketika itu. Melihat berita-berita di televisi betapa ganasnya penyebaran virus, bukan tidak mungkin akan berimbas pada model pembelajaran di sekolah.
Hari Senin, 16 Maret 2020, saya bersama teman-teman, masih seperti biasa masuk sekolah, melaksanakan pembelajaran. Tetapi di hari itu pula, sudah mulai ada instruksi dari pemprov, agar pembelajaran sekolah diganti pembelajaran di rumah dengan moda daring (on line) hingga 14 hari berikutnya. Dalam hitung-hitungan, tidak mungkin berakhir dalam 14 hari, pasti lebih, bisa berbulan-bulan.
Satu hari selanjutnya, kami, tenaga pengajar, sudah dipastikan tidak berangkat lagi, tidak mengajar lagi, sudah tidak melaksanakan pembelajaran di kelas. Semua mode pembelajaran diubah menjadi daring, untuk semua mapel, untuk semua sekolah di DKI Jakarta, bahkan mulai merembet ke banyak Provinsi. Entah sampai kapan mengajar online itu selesai. Seingat saya, mungkin sekaranglah “libur” paling lama dalam dunia pendidikan.
Bagi saya, sebenarnya pembelajaran online bukan sesuatu yang baru, saya sendiri sering melaksanakan pembelajaran itu, hanya saja frekuensinya tidak se-intens sekarang. Untuk keadaan ini, saya dan semua guru, harus siap dengan segala kemampuan melakukan pembelajaran terbaik moda daring.
Saya menceritakan untuk saya sendiri, ternyata pembelajaran mode daring yang full, intens, tiap hari, bukan sesuatu yang mudah dilaksanakan terutama menyangkut gaya mengajar. Seringkali, yang saya amati, teman-teman guru, banyak yang tidak murni melaksanakan pembelajaran online, tetapi tugas online, dan terjadi di banyak sekolah, sehingga keluhan siswa dengan banyaknya tugas patut dimaklumi.
Seperti yang sudah diceritakan, saya mungkin sudah sering menggunakan IT untuk mengajar, tetapi dalam kondisi seperti saat ini, saya merasa ternyata mengajar dengan full IT tiap saat, sangat menguras banyak pikiran dan tenaga, paling tidak ini untuk saya. Entah, apa karena memang saya mengajar mapel matematika yang butuh penjelasan dan kejelasan, yang jelas saya merasa, tiap malam harus berpikir bagaimana esok hari bisa menjelaskan siswa dengan sebaik-baiknya tentang materi yang akan disampaikan. Hal ini emang agak aneh, mungkin ada yang bertanya” memang dulu tidak begitu?”. Itulah bedanya, kalau dulu tidak online, dulu langsung masuk kelas bisa berinovasi, tapi sekarang jarak jauh, beda, sangat beda.
Tiap malam, saya harus melek hanya untuk membuat video, video penjelasan materi, saya upload di youtube, saya share di google classroom dan berdiskusi di sana. Cuma ya begitu, tiap hari tidur malam. Saya sempat berpikir, ternyata report juga ya kalau tiap hari harus online, tapi memang begitu, harus begitu supaya yang saya sampaikan tersampaikan, yang saya jelaskan via youtube terjelaskan.
Kadang pula saya berpikir, apa hanya saya saja yang report-report? Ah...saya tidak perduli, pikiran itu hanya akan membuat saya mandeg. Saya harus tetap berpikir, materi saya itu harus dijelaskan, tidak cukup dengan tulisan dan baca. Sesekali saya pantau, rekan-rekan guru banyak juga yang berinovasi pembelajaran.
Memang, di saat seperti ini, banyak pengajar, guru dan dosen, sangat giat berinovasi. Yang malas, ya malas, yang berkarya ya berkarya. Tapi, entah apapun kondisi-kondisi teman-teman, saya baru sadar ternyata mengajar dengan full daring sangat susah. Belum lagi kalau habis ulangan, harus dikoreksi, dinilai, dan semua online. Selain itu, saya juga harus memantau siswa-siswa yang aktif siapa, yang tidak siapa. Tidak lupa juga, harus mengirim laporan mengajar ke pihak terkait. Wah...mantap kan.
Saya harus jujur, keadaan semacam ini, memang membuka pengalaman baru bagi siapa saja. Dalam kontkes belajar, siswa dan orangtua berpacu belajar bersama. Orangtua kian memahami bagaimana teknologi sangat membantu proses pembelajaran meski pada saat bersmaan menguras banyak energi orangtua.
Entah, sampai kapan hal ini akan berakhir. Semoga saja tidak berlama-lama.  Cerita berbeda mungkin akan menimpa siapa saja pada masa ini. Bagaimana ceritamu??

Rabu, 18 Maret 2020

HIKMAH COVID 19

Dalam beberapa bulan terakhir, dunia digunjangkan dengan wabah virus corona atau yang lebih dikenal dengan istilah Corona Virus Deases (COVID 19). Penamaan COVID 19 merujuk pada istilah kasus-kasus serupa yang sudah dikantongi PBB. Di banyak negara, covid 19 sangat mengganggu pergerakan roda pemerintahan. Kasus itu dapat memberikan instabilitas baik ekonomi, sosial, politik, dan pendidikan.
Di Indonesia, covid 19 mulai terdeteksi masuk pada akhir Februari sampai awal Maret 2020. Perbincangan ramai saat warga Jepang yang bertandang ke Indonesia menjadi carrier bagi warga Depok. Pasca kejadian Depok, mulailah pemerintah buka suara terkait yang terjadi sebenarnya. Berita dan himbauan terus bertebaran di media sosial. Yang paling bergengsi adalah kebijakan Walikota Solo, disusul Gubernur DKI Jakarta, hingga Gubernur Jawa Tengah untuk menutup sementara sekolah-sekolah (belajar di rumah) sampai 14 hari ke depan yang dimulai tanggal 16 Maret lalu.
Tidak hanya itu, selang beberapa hari, untuk meminimalisir korban, Pemerintah melalui kemenPAN-RB mengeluarkan regulasi bahwa PNS bisa melakukan work from home (kerja dari rumah). Dari kejadian itu, paling tidak dapat diambil hikmah sebagai berikut.
  1. Masa kerja dari rumah, menjadi arena berkumpul bersama keluarga.
  2. Orangtua dapat terlibat langsung pembelajaran online bersama putra-putrinya.
  3. Bagi guru, dapat memanfaatkan pembelajaran online yang mungkin sejauh ini belum dipraktekan.
Itulah sedikit hikmah yang dapat diambil dari kejadian covid 19, pembaca dapat menambah yang lainnya.